Petani Berpikir Sisi Bisnis
22 Agustus 2016Kabupaten Malinau
Direktur utama (Dirut) Perusda Intimung Malinau Lewi Mawa SE menjelaskan, yang dimaksud dengan gabah kering giling yang dibeli oleh Perusda yaitu gabah kering yang memiliki kadar air sekitar 14 persen. Perusda akan membeli dengan harga Rp.5.500 per kilo gramnya.
“Tetapi jika gabah yang dijual itu merupakan hasil panen yang langsung dijual, namanya gabah kering panen. Tapi kalau sudah dijemur, baru kita sebagai gabah kering giling,” tegas Lewi Mawa kepada para petani dan aparat desa serta ketua RT se kecamatan Malinau barat dalam sosialisasi program beras daerah (Rasda) di Aula Kantor Camat Malinau Barat, Jumat (19/8).
Masalah besaran harga gabah, dijelaskan Lewi Mawa, bukan Perusda Intimung sendiri yang menetapkan, melainkan melalui penetapan bersama antara Pemkab Malinau melalui dinas terkait dan perwakilan kelompok tani. Ada mekanisme yang dilaksanakan di lingkungan pemerintah daerah, kemudian harga beli yang ditetapkan itu berdasarkan keputusan bupati. Lewi Mawa juga menyampaikan bahwa semua itu juga sudah melalui proses, pertimbangan dan perhitungan serta analisa yang lengkap dari sejumlah satuan kerja perangkat daerah (SKPD). “Saya hanya mengharapkan, agar kita kejar dulu produktifitas para petani ini lebih ditingkatkan lagi. Kalau kita punya hasil meningkat, standar misalnya dalam satu hektar berapa ton gabah harus kita capai, pasti punya kemampuan untuk berdaya saing,” tegas Lewi mawa.
Menurut Lewi Mawa, program Rasda bertujuan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tetapi para petani padi ini juga harus berpikir untuk sektor bisnisnya. Karena dalam berbisnis ini semua pihak harus bersaing secara terbuka dan sehat baik di dalam maupun di luar daerah. Seperti di Kota Tarakan sendiri misalnya, ada peluang untuk petani Kabupeten Malinau menjual beras ke Tarakan yang selama ini membutuhkan sekitar 70 ton per bulan dan selama ini dipasok dari Kabupaten Bulungan tapi ternyata masih kurang. “Harus mampu bersaing dalam bisnis. Walaupun pasarnya terbuka, tapi kalau kita tidak mampu bersaing akan susah juga jadinya. Ini contoh,” ujar Lewi Mawa dan berharap agar seluruh petani sawah dapat mulai bergairah untuk menggarap lahannya dan meningkatkan produktifitas pertanian padinya.
Terkait dengan masalah kandungan atau kadar air 14 persen pada padi, kata Lewi Mawa, memang harus diukur dengan menggunakan alat untuk memastikannya. Kemudian gabah harus dalam kondisi bersih, jenis padinya tidak boleh dicampur dengan jenis padi lainnya, termasuk juga tidak boleh bercampur batu atau pasir serta kerikil. “Karena akan menyebabkan rusaknya pada mesin penggiling padi serta akan bercampur dengan beras nantinya,” tukasnya.(ida/fly)
WIDAYAT/RADRA TARAKAN
»
indikator pertanian kabupaten malinau
02 Maret 2017
»
panen padi perdana desa tanjung lapang
21 Februari 2017
»
terus gali potensi pertanian
13 Oktober 2016
»
24 petani dari 8 desa ikut slpb
03 Oktober 2016
»
maksimalkan penggarapan lahan pertanian malinau
26 September 2016
»
2.060 hektare lahan berubah jadi apl
13 September 2016
»
buka lomba ttg dan posyantek, bupati malinau dorong tumbuh kembang ide kreatif, inovatif masyarakat
25 April 2024
»
tingkatkan produktivitas kerja dan pelayanan, bupati malinau buka sosialisasi perbaikan tambahan penghasilan tpp asn malinau
20 April 2024
»
pertama di indonesia, pelantikan pokja bunda literasi kabupaten malinau, kebaikan untuk negeri
19 April 2024
»
bupati malinau pimpin apel gabungan korpri
18 April 2024